Rabu, 09 Desember 2015

Berpikir Sejenak (6)

Sampai sekarang saya baru tersadar mengapa saya selalu memberi judul "Berpikir Sejenak" bukan "Ayo Bertindak" atau "Mari Lakukan Sekarang". Sebenarnya tulisan ini bertujuan untuk mengajak kita berpikir dan melakukan tindakan apa yang telah dipikirkan. Bukan hanya memikirkannya tanpa bagaimana solusinya. Kini, saya pun masih seperti itu. Berpikir bagaimana solusi sebuah masalah dan tindakan yang saya lakukan masih sangat kecil sekali. Kadang, saya merasa ilmu yang saya miliki masih terlalu minim untuk bertindak besar. Itulah mengapa saya masih terus belajar untuk berpikir dan memberikan tindakan yang solutif dan memiliki impact yang besar.

Dipenghujung akhir tahun ini saya semakin sadar bahwa hal positif yang disebarkan akan bersifat seperti virus. They are going viral. Coba saja kita memposting salah satu gambar atau kata - kata yang bersifat mengajak berbuat baik seperti hope, compassion, volunteer dan lainnya. Saya sangat setuju dengan apa yang  ditulis oleh Pandji Pragiwaksono mengenai kepedulian. Ya, bangsa Indonesia sangat peduli jika ada hal - hal yang bersifat hope, compassion, volunteer, disaster dan lainnya tapi masalahnya adalah untuk memulai menyebarkan virus itu. Budaya orang Indonesia adalah kata "terserah". Hey, mau makan dimana? "terserah, coba tanya si A. "A mau makan dimana?" "terserah deh, gua mah ngikut aja".

Saya juga percaya apa yang dosen saya pernah katakan bahwa orang - orang yang membawa perubahan itu hanya sebesar 2,5% (koreksi jika salah) dan orang - orang yang sangat tertinggal atau bisa kita bilang "Laggard" juga sebesar 2,5%. Lalu sisanya adalah kita (I hope I am the change maker) "Follower".

Kita bisa lihat contoh sepakbola dimana satu orang bintang sepakbola mempunyai follower yang begitu banyak, begitu juga dengan penyanyi, aktor, sastrawan, negarawan, budayawan dan lainnya. Mereka mempunyai pengikut atau follower. Sedangkan follower, fans ataupun pengikut hanya ikut saja. Walaupun nantinya ada yang terpengaruh untuk mengikuti jejak sang bintang tapi itu masih sedikit jumlahnya. Sekarang, tinggal dilihat saja, dimana posisi kita? Apakah ada yang dilakukan untuk berubah menjadi seperti bintang yang diikuti atau hanya menjadi pengikut saja.

Selasa, 08 Desember 2015

Kapan Kita Bisa Jumpa

Kapan kita bisa jumpa
Kau tak kunjung datang dari ujung malam
Diliputi rasa resah
Cahayamu tak kunjung nampak
Kini hanya sunyi yang mengecam

Cahayamu selalu terang dalam gelap
Kau tidak bisa redup
Layaknya matahari yang selalu bersinar
Tak pernah padam
Cahayamu abadi

Kapan kita bisa jumpa
Mungkinkah kau menghilang
Ditelan gelapnya malam

Minggu, 08 November 2015

Berpikir Sejenak (5)

Saya baru saja membaca buku tentang Muhammad Hatta. Kini, saya mempunyai tokoh panutan yang benar - benar cocok dengan saya. Beliau seorang yang sangat menyukai buku hingga pernah suatu saat bukunya terdapat lipatan ketika dipinjam lalu ketika dikembalikan kepada Bung Hatta Ia meminta temannya untuk mengganti buku tersebut. Seorang yang berbicaranya tidak meledak - ledak seperti Soekarno dan seorang pemikir yang terlihat dari pembawaannya yang tenang. Seorang yang lebih banyak membaca dan juga menulis dan tulisannya pun hingga kini masih relevan mengenai bangsa Indonesia. Bung Hatta hidup pada zaman penjajahan tapi pemikirannya melesat jauh hingga zaman modern ini. Orang yang sangat sederhana hingga suatu saat ingin menaiki suatu kendaraan Bung Hatta menawar terlebih dahulu karena terlalu mahal dan Ia pun dimaki karena terlalu banyak menawar. "Kalau tidak mampu membayar tidak usah naik".

Orang yang berpendirian teguh dan percaya pada apa yang diyakininya. Hingga akhirnya Ia pun mengundurkan diri sebagai wakil presiden karena sudah tidak sejalan lagi dengan Bung Karno yang mulai menunjukkan diri sebagai presiden seumur hidup. Walaupun begitu Bung Hatta terus mengingatkan Bung Karno bahwa tindakannya tersebut salah. Bung Hatta seorang yang disiplin waktu. Ia sudah mengatur waktunya untuk melakukan berbagai macam hal dari bangun pagi hingga tidur malam. Suatu saat ketika jam 5 sore Ia selalu menjadwalkan untuk berjalan - jalan di area perkebunan tempat pengasingannya di Banda Neira dan Bung Hatta menjadi salah seorang penunjuk jam. Di saat Bung Hatta datang melewati perkebunan, para pekerja tersebut langsung menyudahi pekerjaanya mengetahui bahwa sudah pukul jam 5 sore karena kebiasaan Bung Hatta yang selalu disiplin setiap jam 5 sore berjalan - jalan.

Kini, sepertinya tidak banyak orang tahu mengenai sejarah para pahlawan kita terdahulu. Mereka hanya tahu nama dan sebutan. Ya, semua orang pasti tahu bahwa Bung Hatta mendapat sebutan "Bapak Koperasi" lalu tidak lebih dari itu. Itulah mengapa budaya apresiasi bangsa ini masih rendah terbukti banyaknya bangunan peninggalan tokoh - tokoh penting di Indonesia yang sudah hilang, rusak ataupun beralih fungsi. Tidak banyak orang yang membaca sejarah bangsa ini terbentuk mungkin mereka hanya tahu proklamasi kemerdekaan, penjahit bendera merah putih dan yang mengetik teks proklamasi selebihnya dibalik kejadian - kejadian penting itu mereka tidak tahu. Hanya hafal tanggal. 14 Agustus 1945 peristiwa Rengasdengklok penculikan Soekarno dkk, 16 Agustus 1945 Bom Hiroshima dan Nagasaki dan 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI yang sebenernya pada tanggal 16 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan telah dibacakan terlebih dahulu di Cirebon oleh desakan Bung Sjahrir.

Bangsa ini butuh sosok seperti Bung Hatta yang tetap hidup sederhana di penghujung hidupnya tanpa mementingkan kekayaannya ataupun menimbun pundi - pundi rupiah atas jabatan yang Ia punya. Pemimpin yang diasingkan dan dipenjara karena tindakan dan pemikirannya untuk kemajuan bangsa bukan karena memperkaya diri serta golongannya. Pemimpin yang tidak haus akan jabatan dan kekuasaan. Jangan heran jika sekarang banyak pemimpin yang bertolak belakang dengan Bung Hatta mungkin bisa ditelisik lemari buku para pemimpin sekarang, disana kita bisa tahu jawabannya.


Senin, 12 Oktober 2015

N.B : Tunggulah

Kalau masih ada rupa
Aku tidak ingin berpura - pura
Melalui kiasan kata yang tertata
Kau dicumbu buta
Hingga kau tidak tahu rupa yang sesungguhnya

Raga yang nyata
Kosong tak berisi
Hanya angin lalu lalang berhembus
Imaji yang kau ciptakan sungguh berlebihan

Jika kiasan kata tak juga menyembuhkan
Akan aku kirim kata yang bergerak
Agar kau mampu menggenggam lengan ini

Jika aku tak kunjung rupa

NB : Tunggulah

Rabu, 07 Oktober 2015

Berpikir Sejenak (4)

Lulus dari dunia perkuliahan sebagai mahasiswa dan melihat bagaimana kehidupan "nyata" ternyata selalu tidak sesuai dengan ekspektasi sebagai seorang mahasiswa yang selalu dijejali oleh teori yang apik. Sekarang bukan lagi sebagai mahasiswa tapi saya menganggap diri ini sebagai pemuda yang berada di tengah antara golongan tua dan remaja. Pemuda yang mempunyai banyak mimpi tapi kadang terhalang oleh keadaan dan dukungan. Terlalu idealis-lah, terlalu muluk - muluk, kebanyakan mengkhayal dan lainnya. Mendambakan kehidupan yang lebih baik sepertinya itu impian semua orang. Sayang, sudah banyak pemuda dan golongan tua yang terjerembab ke dalam lumpur hisap, sudah kotor tidak bisa keluar pula.

Rasanya tidak semua pemimpin itu baik dan tidak semua pemimpin itu buruk. Saya pernah melihat pemimpin yang baik dan saya juga pernah mendengar pemimpin yang buruk, benar - benar buruk. Bagaimana bisa? pemimpin yang seharusnya menjadi teladan, memiliki pendidikan tinggi tapi tak semuanya paham mengenai etika ataupun moral. Sayangnya di Indonesia tidak ada pendidikan moral, mungkin kita harus belajar kepada alam. Tidak menangis saat dicemari, tidak pedih saat digali, tidak sakit saat di gergaji dan tidak mengadu pada Tuhan sang Pencipta semesta ketika dirusak. Sedangkan kita, manusia, yang selalu mengeluh dan mengadu jika kita disakiti, dihina, dicaci, dicuri bahkan direbut ataupun diganti. Manusia makhluk yang sempurna tapi juga lemah dan rentan walau terkadang merasa sangat besar saat berada di puncak tertinggi atau mempunyai segalanya.

Adakah pemuda yang ingin bergerak bersama? Melawan sistem yang sudah usang, memperbaiki moral, merubah "short cut culture" yang sudah mengendap terlalu lama menjadi kerak yang sulit untuk dihilangkan. Sepertinya begitulah kondisi Indonesia sekarang, sulitnya orang - orang hebat dan baik menembus kerak yang sudah terlalu lama mengendap untuk dihilangkan. Solusinya hanya satu, pemuda bergerak maju dan bersama tanpa memikirkan kepentingan pribadi maupun golongan untuk membawa perubahan. Ya, hidup selalu berubah dan harus selalu ada perubahan. Itulah mengapa kita harus terus bergerak maju.

Mengutip quote dari Tan Malaka dan mungkin ini yang saya rasakan sampai saat ini "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda".

I've got no money, I've got no position, I've got no power that I only have is an idea.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Alasan

Kamu adalah alasan aku untuk pulang.
Kamu adalah rumah.
Bukan hanya untuk berlindung dari teriknya panas
tapi juga berlindung dari rasa rindu yang menyengat.

Minggu, 13 September 2015

Warna Kehidupan

Mengapa ada baik dan buruk? hitam dan putih? Mengapa pula ada abu - abu. Pengkhianat. Pendusta. Penipu. Apakah yang seperti itu masuk ke dalam abu - abu? Tidak jelas berpihak kemana kadang hitam kadang putih. Seandainya warna kulit setiap manusia ditentukan oleh hitam, putih dan abu - abu maka aku tidak perlu repot untuk menjadi putih ke semua warna. Seandainya warna hitam baik dan putih buruk maka aku akan tetap memilih menjadi abu - abu, karena aku manusia.

Minggu, 23 Agustus 2015

Berpikir Sejenak (3)

Entahlah perasaan apa ini tapi kini aku melihat disini sudah terlalu banyak orang bodoh, tidak peduli dan licik yang hidup. Mereka hanya sekedar hidup tidak ada beda seperti binatang. Mereka hanya sekedar bekerja memenuhi isi dompet dan perut. Dari yang tidak berpendidikan hingga yang sudah mempunyai banyak gelar. Gelar tinggi tidak membuat kita menjadi lebih baik kadang menjadikan kita lebih buruk daripada seorang pemulung. Apakah keseimbangan antara bodoh dan pintar, baik dan buruk sudah mulai timpang. Terlalu tinggi neraca keburukan menyebabkan orang - orang baik dan peduli tidak bisa melakukan apa - apa. Coba lihat saja lampu merah Jakarta di pagi hari saat jam sibuk bekerja. Mereka punya alasan untuk melanggar dengan alasan agar tidak terlambat kerja, kalau terlambat bekerja, gaji bisa dipotong, kalau gaji semakin kecil tidak bisa ngasih makan anak istri. Yakin dengan cara seperti itu menafkahi anak istri? Tidakkah merasa berdosa? mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan banyak orang.

Lihat saja angkot - angkot yang ngetem di pinggir jalan menghambat pekerja lainnya untuk pergi bekerja atau para koruptor dan mafia yang memakmurkan diri sendiri diatas penderitaan orang banyak dan para hakim penegak hukum yang rela dibayar mahal oleh koruptor untuk meringankan beban mereka ketika di penjara? Dimana moralitas? Kepedulian? Bukankah sejak kecil kita diajarkan untuk berbuat baik? Orang tua pernah bilang kalau sudah besar kita baru bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Para orang dewasa pun tau mana yang baik dan buruk, mereka hanya menutup sebelah mata keburukan dan menganggap semua itu baik - baik saja.

Mungkinkah diri ini yang terlalu polos. Tidak sadar bahwa dunia kejam dan keras, menjadi orang baik dan polos siap - siap untuk ditipu dan ditelan oleh pusara kehidupan yang kejam ini. Tidak akan ada yang mengingatmu, mereka akan melupakanmu dan menjauhkanmu karena menjadi beda dari kebanyakan orang. Saya rasa kita hidup untuk kemakmuran, kejayaan, kebanggan dan kekayaan. Siapa yang tidak ingin mendapatkan hal tersebut. Kita semua ingin hidup seperti itu. Lantas, adakah yang ingin hidup untuk meningkatkan harga diri? Melalui kebaikan, ketulusan, kepedulian dan ke ramah tamahan tanpa pandang bulu dengan siapapun kita bertemu. Oiya, harga diri orang kebanyakan dibentuk oleh kekayaan yang mereka punya. Tidak banyak orang yang kepalanya "berisi" dihargai oleh banyak orang, hanya sedikit yang mengetahui dan menghargai.

Jangan heran kalau suatu saat akan ada zaman kebodohan di dunia dimana pemimpin - pemimpin dunia diisi oleh orang - orang kaya, makmur dan jaya yang dihargai oleh banyak orang tapi tidak bisa mengubah rakyat menjadi pintar. Ya, sistem pembodohan. Orang - orang bodoh terpelajar memimpin orang - orang bodoh.

Lihatlah sekeliling kau akan tau apa yang sedang terjadi. Jika terus seperti ini kita hanya perlu menunggu waktu seperti penyakit yang menumpuk di dalam tubuh, menunggu tubuh ini lemah lalu menyerang hingga kita tak berdaya dan mati.

Jumat, 31 Juli 2015

Bulan Penuh

Bulan penuh ini menjadi alat komunikasi kita tanpa harus berucap dan bergerak
Ia menjadi cermin yang memantulkan cahaya rindu ke setiap manusia yang bersabar menunggu
Tataplah ia maka ia akan menatapmu kembali seperti tatapannya saat pertama jumpa
Walaupun terpisah jarak kita masih bisa saling menatap melalui cahaya cermin bulan
Bersabarlah, cahayanya tidak akan pernah redup untuk selalu menyinarimu

Minggu, 26 Juli 2015

Ketika Mati Nanti

Ketika mati nanti
Aku tidak hanya ingin meninggalkan nama
Tapi jejak
Jejak yang tidak mudah dihapus oleh hujan
Bahkan dimakan zaman

Aku tidak hanya ingin dikenang
Tapi diingat
Tulisan yang menjamuri pikiran
Mewarisi setiap tindakan

Walaupun jasad ini terkubur oleh tanah
Gagasanku akan melambung tinggi
Menghujani setiap isi kepala yang ditetesinya
Meneruskan impian
Sebuah perdamaian abadi

Kamis, 25 Juni 2015

Pada Suatu Masa

Pada suatu masa
Pelangi tidak berwarna warni
Hujan tidak berbentuk air
Dan sore tidak lagi oranye

Pada suatu masa
Gunung tak lagi di daki
Ia dituruni

Burung - burung tidak lagi terbang
Mereka berjalan

Impian manusia menjadi nyata
Mereka berterbangan
Dimana - mana
Tanpa sayap

Menginjakkan tanah pun enggan
Sibuk dengan impian yang tercapai
Terbang hingga ke langit
Ingin melihat bintang lebih dekat

Pada suatu masa
Manusia meninggalkan bumi
Menjelajah angkasa
Meninggalkan bumi dan isinya
Terlantarlah ia tidak ada yang merawat

Begitulah manusia

Sabtu, 20 Juni 2015

Yang Terlupakan

Singgasana kehidupan
Nyaman ini serasa di surga
Segala ada dan tersedia
Tak perlu meminta

Datang dan kemarilah
Kita berpesta di setiap malam
Meredam suara alam
Mengalahkan gemerlap bintang - bintang di angkasa
Setiap malam

Sudikah pagi datang
Siang pun hanya tiba sesaat
Hanya ada malam
Malam yang panjang

Pagi hanya pemanis
Siang menjadi penghangat
Sore adalah permulaan
Tak pernah padam

Di sudut lain
Pagi terasa kelam
Siang menjadi gelap
Dan sore menjadi akhir
Berharap tidak bertemu pagi

Ia menunggu dalam kelam
Dicericiti oleh gagak yang singgah
Ia termangu dalam khayal
Pantaskah?

Rabu, 10 Juni 2015

Menemukanmu

Di tengah kekeringan yang melanda
Entah kapan berakhir
Oase muncul di tengah - tengah
Apakah itu fatamorgana?
Tapi ini bukan padang pasir
Hanya kekeringan yang luar biasa

Mulut daun berkeriput
Akar menyusut
Menggoyahkan yang ditanamnya
Terhempas oleh angin lewat

Sudah lama dilanda kekeringan
Apakah oase ini pertanda?
Pertanda untuk kekeringan selamanya
Atau
Kehidupan baru dimulai

Kamis, 04 Juni 2015

Pertemuan

Di saat itu
Kita bertemu
Hanya tatap yang berlalu
Seperti angin yang berhembus
Tidak ada kata yang terucap
Hanya mata yang berbicara
Yang dipantulkan oleh cahaya

Terdengar jelas
Mata yang bernada

Angin kembali berhembus
Berhembus berbisik
Sejuta kata tersuar
Menenggelamkan nada yang terdengar

Hening..










Senin, 18 Mei 2015

Resapi

Bumi hanya bagian kecil dari alam semesta yang begitu luas dan kita tidak tahu dimana ujungnya.
Manusia hanya bagia kecil dari bumi yang begitu luas dan kita tahu dimana batasnya.
Kebaikan, Ketulusan dan Kepedulian tidak berujung tapi,
Kebencian, Kesombongan dan Iri ada batasnya karena jika batas telah terlewati maka,
manusia hanya punya raga bukan jiwa.

Rabu, 01 April 2015

Musim Berganti

Seiring musim berganti
Tonggeret mulai bernyanyi
Memecah kekhidmatan senja
Menjadi ramai dan bising
Mereka seakan meneriakan sebuah suka cita
Musim telah berganti

Setiap senja
Dikala langit oranye akan berubah menjadi gelap
Di waktu itu mereka akan bersuka cita

Tonggeret sebagai penanda pergantian
Seharusnya mereka tidak pernah salah
Sejak lahir mereka diatur untuk seperti itu

Tapi sayang,
Tonggeret telah ditipu oleh fatamorgana alam
Mereka depresi karena biasanya tidak pernah meleset
Alam telah menipunya
Tonggeret pun malu

Entah kapan musim berganti
Tonggeret sudah tidak mau lagi bernyanyi
Di pergantian musim berikutnya
Di kala senja berubah warna
Tonggeret pun masih malu
Apakah senja itu oranye?

Senin, 30 Maret 2015

Menjauh

Kalau terus begini malam semakin panjang
Pagi tidak akan berani memancarkan sinarnya
Kelam

Waktu berjalan melawan arah
Malam di waktu pagi

Telah kurenungi
Bahwa esok tak jumpa pagi
Menghilang bersama waktu yang tak terbatas

Malam menjelang
Rasanya seperti pagi yang cerah
Burung berkicau dan rumput mengembun
Rasa yang hilang tapi terus menghantui
Kemana perginya pagi?

Kujelajahi setiap malam
Barangkali disitu aku menemukan pagi

Senin, 23 Maret 2015

Kesana

Aku akan pergi kesana
Loh, mengapa tidak kesini?
Aku tidak bisa
Kesini bersamaku?
Aku tidak kesini, aku kesana
Lalu?
Sampai bertemu di tempat yang sama

Minggu, 01 Maret 2015

Isyarat Rindu

Sekarang aku akan pergi
Besok kita jumpa
Di tempat yang kita janjikan
Di belakang laut 
Di depan hutan
Temui aku di tengahnya

Pergilah di siang hari
Karena matahari akan menuntunmu
Beristirahatlah saat malam tiba
Bulan dan bintang akan mengobati lelahmu
Bangunlah di pagi hari
Dinginnya air akan menghidupkanmu

Berjalanlah
Saat kau merasa masih jauh
Berlarilah
Saat kau merasa sudah dekat
Berhentilah
Saat kau merasa sia - sia

Jangan temui aku di siang hari
Kau hanya akan menemukan bayanganku
Jangan temui aku di malam hari
Hanya jejakku yang akan kau temui
Jangan temui aku di pagi hari
Karena aku baru saja beranjak

Temui aku di senja
Dimana langit berganti warna
Saat matahari pura - pura tiada
Dan bulan seakan bercahaya
Berhentilah
Kau tidak akan sia - sia



Selasa, 17 Februari 2015

Berpikir Sejenak (2)

Di negara maju sudah berpikir bagaimana asal mula adanya kehidupan. Dari teori big bang hingga teori evolusi yang penuh dengan kontroversi. Hingga seorang scientist berpendapat bahwa "tubuh kita adalah sebuah galaksi mini."
Disini, di negaraku masih berpikir bagaimana menjadi seorang penguasa. Dari kepala desa hingga kepala negara. Hingga seorang scientist berpendapat bahwa "tubuh kita adalah sebuah galaksi mini."
Seluas itukah pemikiran seseorang yang berada di negara maju? Sesempit itukah pemikiran di negaraku ini?

Bukankah kita semua sama. Diciptakan dengan dibekali akal bukan insting.
Hidup terlalu singkat untuk mencari kuasa, terlalu lama untuk berkuasa.

Hampir jutaan tahun untuk bumi berubah sampai sekarang ini. Berbagai kehancuran dan kerusakan pernah ia alami. Pernahkah kita berpikir? Berapa lama kita bisa berubah? Menerima kekalahan dan keterpurukan untuk bangkit  lalu maju ke depan.

Bukankah seorang scientist pernah bilang bahwa "tubuh kita adalah sebuah galaksi mini"
Lalu sesulit itukah?

Senin, 16 Februari 2015

Muak

Mereka yang membakar uang
Merelakan si 4 bulan menghirup harumnya uang terbakar
Mengiris kertas bergambar bung karno dan bung hatta
Hanya untuk membuncitkan perut yang kekenyangan
Memamerkan kejayaan
Keprihatinan hanyalah prihatin

Amuk..
Setiap pendapat adalah kebenaran
Lain pendapat adalah kesalahan
Semua benar
Semua salah

Muka..
Kesan pertama selalu mengesankan
Membunuh karakter itu yang utama
Biarkan figuran yang bermain di depan
Tokoh utama dibelakang layar

Kamu..
Seperti cuaca sekarang ini
Tidak menentu dan tidak akan pernah tahu


Senin, 09 Februari 2015

Beranjak

Lembar - lembar berserakan
Daun - daun berguguran
Matahari tenggelam
Sunyi mencekam

Mulai beranjak pergi
Kursi goyangnya terus bergoyang
Lalu di bawah rindangnya malam
Ia bersandar
Kemana lagi harus pergi

Daun - daun berterbangan
Dihempas derasnya angin
Menuju kemana ia tak tahu

Lembar - lembar berguguran
Mencari kemana ia tak tahu

Terus berjalan di tengah kesunyian
Berharap matahari bersinar
Menghidupkan daun - daun yang gugur

Di kesunyian ia bersandar
Kemana lagi harus mencari
Kursi goyangnya mulai berhenti

Senin, 02 Februari 2015

Dingin

Dingin..
Mengapa bisa ada dingin?
Lalu kemana perginya panas?
Bahkan matahari pagi pun tidak bisa menggantikan dinginnya pagi

Dingin..
Aku butuh kehangatan
Aku mencari tapi yang kutemui hanyalah api
Api dapat menghangatkan tapi mengerikan
Aku tak ingin terbuai

Dimana panas?
Aku kedinginan
Di setiap pagi dingin selalu menghampiri

Malam mendinginkan semesta
Panas pun tak kunjung tiba
Terpaksa aku mencari api

Perlahan api menghangatkan dan menghilangkan dingin
Aku terbuai
Aku meleleh dan mencair dibuatnya
Dan api pun menghilang begitu saja

Kamis, 22 Januari 2015

Sejalan

Setiap orang mempunyai jalannya masing - masing untuk menuju kemana mereka akan menikmati kehidupan di dunia. Jika di persimpangan jalan kamu menemukan seseorang yang sejalan denganmu, mungkin ia akan menjadi teman hidupmu.