Minggu, 08 November 2015

Berpikir Sejenak (5)

Saya baru saja membaca buku tentang Muhammad Hatta. Kini, saya mempunyai tokoh panutan yang benar - benar cocok dengan saya. Beliau seorang yang sangat menyukai buku hingga pernah suatu saat bukunya terdapat lipatan ketika dipinjam lalu ketika dikembalikan kepada Bung Hatta Ia meminta temannya untuk mengganti buku tersebut. Seorang yang berbicaranya tidak meledak - ledak seperti Soekarno dan seorang pemikir yang terlihat dari pembawaannya yang tenang. Seorang yang lebih banyak membaca dan juga menulis dan tulisannya pun hingga kini masih relevan mengenai bangsa Indonesia. Bung Hatta hidup pada zaman penjajahan tapi pemikirannya melesat jauh hingga zaman modern ini. Orang yang sangat sederhana hingga suatu saat ingin menaiki suatu kendaraan Bung Hatta menawar terlebih dahulu karena terlalu mahal dan Ia pun dimaki karena terlalu banyak menawar. "Kalau tidak mampu membayar tidak usah naik".

Orang yang berpendirian teguh dan percaya pada apa yang diyakininya. Hingga akhirnya Ia pun mengundurkan diri sebagai wakil presiden karena sudah tidak sejalan lagi dengan Bung Karno yang mulai menunjukkan diri sebagai presiden seumur hidup. Walaupun begitu Bung Hatta terus mengingatkan Bung Karno bahwa tindakannya tersebut salah. Bung Hatta seorang yang disiplin waktu. Ia sudah mengatur waktunya untuk melakukan berbagai macam hal dari bangun pagi hingga tidur malam. Suatu saat ketika jam 5 sore Ia selalu menjadwalkan untuk berjalan - jalan di area perkebunan tempat pengasingannya di Banda Neira dan Bung Hatta menjadi salah seorang penunjuk jam. Di saat Bung Hatta datang melewati perkebunan, para pekerja tersebut langsung menyudahi pekerjaanya mengetahui bahwa sudah pukul jam 5 sore karena kebiasaan Bung Hatta yang selalu disiplin setiap jam 5 sore berjalan - jalan.

Kini, sepertinya tidak banyak orang tahu mengenai sejarah para pahlawan kita terdahulu. Mereka hanya tahu nama dan sebutan. Ya, semua orang pasti tahu bahwa Bung Hatta mendapat sebutan "Bapak Koperasi" lalu tidak lebih dari itu. Itulah mengapa budaya apresiasi bangsa ini masih rendah terbukti banyaknya bangunan peninggalan tokoh - tokoh penting di Indonesia yang sudah hilang, rusak ataupun beralih fungsi. Tidak banyak orang yang membaca sejarah bangsa ini terbentuk mungkin mereka hanya tahu proklamasi kemerdekaan, penjahit bendera merah putih dan yang mengetik teks proklamasi selebihnya dibalik kejadian - kejadian penting itu mereka tidak tahu. Hanya hafal tanggal. 14 Agustus 1945 peristiwa Rengasdengklok penculikan Soekarno dkk, 16 Agustus 1945 Bom Hiroshima dan Nagasaki dan 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI yang sebenernya pada tanggal 16 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan telah dibacakan terlebih dahulu di Cirebon oleh desakan Bung Sjahrir.

Bangsa ini butuh sosok seperti Bung Hatta yang tetap hidup sederhana di penghujung hidupnya tanpa mementingkan kekayaannya ataupun menimbun pundi - pundi rupiah atas jabatan yang Ia punya. Pemimpin yang diasingkan dan dipenjara karena tindakan dan pemikirannya untuk kemajuan bangsa bukan karena memperkaya diri serta golongannya. Pemimpin yang tidak haus akan jabatan dan kekuasaan. Jangan heran jika sekarang banyak pemimpin yang bertolak belakang dengan Bung Hatta mungkin bisa ditelisik lemari buku para pemimpin sekarang, disana kita bisa tahu jawabannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar