Entahlah perasaan apa ini tapi kini aku melihat disini sudah terlalu banyak orang bodoh, tidak peduli dan licik yang hidup. Mereka hanya sekedar hidup tidak ada beda seperti binatang. Mereka hanya sekedar bekerja memenuhi isi dompet dan perut. Dari yang tidak berpendidikan hingga yang sudah mempunyai banyak gelar. Gelar tinggi tidak membuat kita menjadi lebih baik kadang menjadikan kita lebih buruk daripada seorang pemulung. Apakah keseimbangan antara bodoh dan pintar, baik dan buruk sudah mulai timpang. Terlalu tinggi neraca keburukan menyebabkan orang - orang baik dan peduli tidak bisa melakukan apa - apa. Coba lihat saja lampu merah Jakarta di pagi hari saat jam sibuk bekerja. Mereka punya alasan untuk melanggar dengan alasan agar tidak terlambat kerja, kalau terlambat bekerja, gaji bisa dipotong, kalau gaji semakin kecil tidak bisa ngasih makan anak istri. Yakin dengan cara seperti itu menafkahi anak istri? Tidakkah merasa berdosa? mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan banyak orang.
Lihat saja angkot - angkot yang ngetem di pinggir jalan menghambat pekerja lainnya untuk pergi bekerja atau para koruptor dan mafia yang memakmurkan diri sendiri diatas penderitaan orang banyak dan para hakim penegak hukum yang rela dibayar mahal oleh koruptor untuk meringankan beban mereka ketika di penjara? Dimana moralitas? Kepedulian? Bukankah sejak kecil kita diajarkan untuk berbuat baik? Orang tua pernah bilang kalau sudah besar kita baru bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Para orang dewasa pun tau mana yang baik dan buruk, mereka hanya menutup sebelah mata keburukan dan menganggap semua itu baik - baik saja.
Mungkinkah diri ini yang terlalu polos. Tidak sadar bahwa dunia kejam dan keras, menjadi orang baik dan polos siap - siap untuk ditipu dan ditelan oleh pusara kehidupan yang kejam ini. Tidak akan ada yang mengingatmu, mereka akan melupakanmu dan menjauhkanmu karena menjadi beda dari kebanyakan orang. Saya rasa kita hidup untuk kemakmuran, kejayaan, kebanggan dan kekayaan. Siapa yang tidak ingin mendapatkan hal tersebut. Kita semua ingin hidup seperti itu. Lantas, adakah yang ingin hidup untuk meningkatkan harga diri? Melalui kebaikan, ketulusan, kepedulian dan ke ramah tamahan tanpa pandang bulu dengan siapapun kita bertemu. Oiya, harga diri orang kebanyakan dibentuk oleh kekayaan yang mereka punya. Tidak banyak orang yang kepalanya "berisi" dihargai oleh banyak orang, hanya sedikit yang mengetahui dan menghargai.
Jangan heran kalau suatu saat akan ada zaman kebodohan di dunia dimana pemimpin - pemimpin dunia diisi oleh orang - orang kaya, makmur dan jaya yang dihargai oleh banyak orang tapi tidak bisa mengubah rakyat menjadi pintar. Ya, sistem pembodohan. Orang - orang bodoh terpelajar memimpin orang - orang bodoh.
Lihatlah sekeliling kau akan tau apa yang sedang terjadi. Jika terus seperti ini kita hanya perlu menunggu waktu seperti penyakit yang menumpuk di dalam tubuh, menunggu tubuh ini lemah lalu menyerang hingga kita tak berdaya dan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar