Ini bulan Desember
ada yang pulang dan datang
ada yang pergi dan kembali
ada yang kehilangan dan menemukan
ada yang menunggu dan ditunggu
ada yang beranjak dan diam
ada yang berlari dan berhenti
ada yang meninggi dan merendah
Ini bulan Desember
ada yang pergi tak akan kembali
ada yang berhenti berlari
ada yang diam-diam beranjak
ada yang menemukan yang hilang
ada yang diam-diam pergi berlari menemukan yang hilang
Ini bulan Desember
Senin, 30 Desember 2013
Senin, 16 Desember 2013
Malu
hamparan laut yang membiru
hamparan tanah yang menapak
semua terhampar begitu saja
manusia yang beradab
binatang yang biadab
oh, terbalik sepertinya
binatang yang beradab
manusia yang biadab
mereka hidup diantara kita
laut lepas
langit luas
ikan berenang beriringan
burung terbang membentuk formasi
manusia berakal
binatang berotak
mereka berbeda
tapi hampir sama
apa yang akan terjadi bila langit menyatu dengan laut
akan menjadi nama laut langit atau langit laut
apa yang akan terjadi bila manusia menyatu dengan binatang
sepertinya binatang tidak mau
karena mereka malu
hamparan tanah yang menapak
semua terhampar begitu saja
manusia yang beradab
binatang yang biadab
oh, terbalik sepertinya
binatang yang beradab
manusia yang biadab
mereka hidup diantara kita
laut lepas
langit luas
ikan berenang beriringan
burung terbang membentuk formasi
manusia berakal
binatang berotak
mereka berbeda
tapi hampir sama
apa yang akan terjadi bila langit menyatu dengan laut
akan menjadi nama laut langit atau langit laut
apa yang akan terjadi bila manusia menyatu dengan binatang
sepertinya binatang tidak mau
karena mereka malu
Rabu, 11 Desember 2013
Sekarang untuk Selamanya
terombang ambing di lautan
menyusuri hutan tak berarah
berjalan di kegelapan
berenang di tengah samudera
semut yang kecil dan gajah yang besar
bumi yang sempit dan angkasa raya luas
terjun ke laut menikmati air yang asin
menyelami dunia bawah laut
lalu terbang ke awan tapi hampa
semula biasa saja
tapi kini luar biasa
tak pernah tinggal rasa
untukmu yang disana
sekarang untuk selamanya
menyusuri hutan tak berarah
berjalan di kegelapan
berenang di tengah samudera
semut yang kecil dan gajah yang besar
bumi yang sempit dan angkasa raya luas
terjun ke laut menikmati air yang asin
menyelami dunia bawah laut
lalu terbang ke awan tapi hampa
semula biasa saja
tapi kini luar biasa
tak pernah tinggal rasa
untukmu yang disana
sekarang untuk selamanya
Senin, 25 November 2013
Berubah
Banyak orang yang ingin melakukan perubahan tapi tidak mau melakukan apa-apa untuk berubah. Hanya ingin berubah dengan instan. Merebus mie yang instan saja harus mendidihkan air panas terlebih dahulu lalu menaruh mie instan tersebut di rendaman air yang sudah panas agar lembut. Mie yang instan tersebut harus merasakan panas agar ia bisa menjadi lembut supaya bisa dimakan dengan enak. Kalo mie tersebut masih keras pasti tidak akan nikmat untuk memakannya.
Banyak orang yang ingin melakukan perubahan tapi masih terlalu banyak menuntut. Menuntut setiap institusi ataupun orang yang pernah bekerjasama dengannya. Menuntut setiap orang menjadi lebih baik, menuntut institusi menambah fasilitas yang lebih baik. Sayangnya, ketika mulai dituntut, malah menuntut balik.
Banyak orang yang ingin melakukan perubahan tapi hanya ingin tidak butuh. Kalo ingin ya berubah, kalo tidak ingin ya tidak berubah. Banyak inginnya tapi tidak dilakukan. Namanya juga ingin tidak butuh.
Banyak orang yang ingin melakukan perubahan tapi masih terlalu banyak menuntut. Menuntut setiap institusi ataupun orang yang pernah bekerjasama dengannya. Menuntut setiap orang menjadi lebih baik, menuntut institusi menambah fasilitas yang lebih baik. Sayangnya, ketika mulai dituntut, malah menuntut balik.
Banyak orang yang ingin melakukan perubahan tapi hanya ingin tidak butuh. Kalo ingin ya berubah, kalo tidak ingin ya tidak berubah. Banyak inginnya tapi tidak dilakukan. Namanya juga ingin tidak butuh.
Kamis, 07 November 2013
Berdampingan
Bukankah hidup berdampingan itu indah
Seperti aku dan kamu yang disirami lampu taman yang kelam
Seperti ayah dan ibu yang selalu berdoa untuk anaknya
Seperti hitam dan putih yang akan menjadi pembeda
Seperti atas dan bawah yang menyadari dimana kita berada
Bukankah hidup berdampingan itu indah
Ketika bergandengan tangan semasa kecil terasa lebih bersahabat
Ketika uluran tangan ketika jatuh dari sepeda merupakan tulus dari hati
Ketika tetesan air mata tangisan sedih haru saat berpisah
Bukankah hidup berdampingan itu indah
Saat kamu terjatuh lalu ada yang membantu berdiri dengan senyum semangat
Saat kamu berdiri lalu ada yang membantu menahanmu dari bawah
Lalu apa yang salah dengan berdampingan?
Haruskah kita berjalan sendiri-sendiri?
Menyendiri, melangkah sendiri, maju sendiri
Sendiri tanpa kamu tanpa kita
Haruskah seperti itu?
Seperti aku dan kamu yang disirami lampu taman yang kelam
Seperti ayah dan ibu yang selalu berdoa untuk anaknya
Seperti hitam dan putih yang akan menjadi pembeda
Seperti atas dan bawah yang menyadari dimana kita berada
Bukankah hidup berdampingan itu indah
Ketika bergandengan tangan semasa kecil terasa lebih bersahabat
Ketika uluran tangan ketika jatuh dari sepeda merupakan tulus dari hati
Ketika tetesan air mata tangisan sedih haru saat berpisah
Bukankah hidup berdampingan itu indah
Saat kamu terjatuh lalu ada yang membantu berdiri dengan senyum semangat
Saat kamu berdiri lalu ada yang membantu menahanmu dari bawah
Lalu apa yang salah dengan berdampingan?
Haruskah kita berjalan sendiri-sendiri?
Menyendiri, melangkah sendiri, maju sendiri
Sendiri tanpa kamu tanpa kita
Haruskah seperti itu?
Senin, 28 Oktober 2013
Budak
Dikala teknologi meraja
Kemalasan pun menggila
Dikala raga ini raja
Mereka pun gila
Langkah yang cepat bukan berarti sibuk
Langkah yang lambat bukan berarti pengangguran
Kepala yang tertunduk
Kepala yang menengadah
Seakan diperbudak hanya bisa tertunduk
Malu untuk menengadah atau terlalu sibuk menjadi budak
Kelihaian jari jemari
Ketajaman mata
Kemampuan yang dibutuhkan menjadi budak
Tidak perduli orang
Tidak perduli lingkungan
Hanya aku yang diperbudak
Bahagia menjadi budak
Mencipta dunia perbudakan
Tidak sesulit mencipta dunia kepemimpinan
Hanya butuh kelihaian jari dan ketajaman mata
Maka akan jadi budak yang bahagia
Tidak perlu peduli orang
Tidak perlu peduli lingkungan
Kau pun bisa jadi budak
Budak sementara ataupun permanen
Pemimpin sementara ataupun permanen
Semua bisa diatur
Edisi hari sumpah pemuda 28 Oktober 2013
Lebih baik menjadi tua daripada selama muda hanya menjadi beban
Lebih baik menjadi muda daripada selama tua hanya menjadi beban
Kemalasan pun menggila
Dikala raga ini raja
Mereka pun gila
Langkah yang cepat bukan berarti sibuk
Langkah yang lambat bukan berarti pengangguran
Kepala yang tertunduk
Kepala yang menengadah
Seakan diperbudak hanya bisa tertunduk
Malu untuk menengadah atau terlalu sibuk menjadi budak
Kelihaian jari jemari
Ketajaman mata
Kemampuan yang dibutuhkan menjadi budak
Tidak perduli orang
Tidak perduli lingkungan
Hanya aku yang diperbudak
Bahagia menjadi budak
Mencipta dunia perbudakan
Tidak sesulit mencipta dunia kepemimpinan
Hanya butuh kelihaian jari dan ketajaman mata
Maka akan jadi budak yang bahagia
Tidak perlu peduli orang
Tidak perlu peduli lingkungan
Kau pun bisa jadi budak
Budak sementara ataupun permanen
Pemimpin sementara ataupun permanen
Semua bisa diatur
Edisi hari sumpah pemuda 28 Oktober 2013
Lebih baik menjadi tua daripada selama muda hanya menjadi beban
Lebih baik menjadi muda daripada selama tua hanya menjadi beban
Senin, 21 Oktober 2013
Aku dan Kamu
ketika mulut tak lagi berucap
kata pun tersurat
ketika mata tak lagi menatap
ia pun berbicara
ketika matahari bersinar
aku pun redup
ketika bulan berbinar
kamu pun tenggelam
disaat sore oranye
kamu pun memerah
disaat malam menghitam
aku tak terlihat
ketika malam dingin
aku memanas
ketika pagi hangat
kamu menggigil
ketika padi hijau
aku diam
ketika padi menguning
kamu diam
ketika aku berkata
kamu diam
ketika kamu berkata
aku diam
aku berkata dalam diam
kamu diam dalam berkata
Senin, 14 Oktober 2013
Diri Sendiri
menjadi api merah menyala
membakar tiap benda yang disentuh
tapi terlalu panas untuk menjadi api
menjadi air biru terang
membasahkan tiap benda yang disentuh
tapi terlalu dingin untuk menjadi air
menjadi udara yang tidak berwarna
menghembus tiap benda yang disentuh
tapi tidak ada yang mau melihat
menjadi tanah cokelat
menahan tiap benda yang berpijak
tapi terlalu lemah untuk bertahan
menjadi bintang berkelip
berkelap kelip di setiap malam
meramaikan alam semesta
tapi terlalu luas untuk meramaikan semesta
menjadi matahari yang bersinar
menghangatkan di setiap pagi
memanaskan di setiap siang
meneduhkan di setiap senja
tapi itu terlalu sempurna
menjadi lebah kuning yang menyengat
menghisap nektar dan bunga berkembang
membuat sarang dan madu
tapi hidup terlalu singkat untuk menjadi lebah
lalu harus menjadi apa?
apa aku harus menjadi?
jadi apa aku?
apa aku jadi?
membakar tiap benda yang disentuh
tapi terlalu panas untuk menjadi api
menjadi air biru terang
membasahkan tiap benda yang disentuh
tapi terlalu dingin untuk menjadi air
menjadi udara yang tidak berwarna
menghembus tiap benda yang disentuh
tapi tidak ada yang mau melihat
menjadi tanah cokelat
menahan tiap benda yang berpijak
tapi terlalu lemah untuk bertahan
menjadi bintang berkelip
berkelap kelip di setiap malam
meramaikan alam semesta
tapi terlalu luas untuk meramaikan semesta
menjadi matahari yang bersinar
menghangatkan di setiap pagi
memanaskan di setiap siang
meneduhkan di setiap senja
tapi itu terlalu sempurna
menjadi lebah kuning yang menyengat
menghisap nektar dan bunga berkembang
membuat sarang dan madu
tapi hidup terlalu singkat untuk menjadi lebah
lalu harus menjadi apa?
apa aku harus menjadi?
jadi apa aku?
apa aku jadi?
Senin, 07 Oktober 2013
Tiap Pagi
Ditemani dinginnya malam
Aku terbangun
Mengambil selimut lalu tidur lagi
Dijumpai hangatnya pagi
Aku bangun
Melempar selimut lalu diam
Berpikir dengan mata masih tertutup
Entah apa yang dipikirkan
Kepala tertunduk
Bingung mau melakukan apa
Apa yang harus dilakukan?
Melanjutkan tidur atau melanjutkan bangun
Jika tidur, aku akan bermimpi indah
Jika bangun, aku akan menjalani hidup yang berat
Bermimpi indah pilihan yang bagus
Bangun dan menjalani hidup pilihan yang sulit
Mengapa selalu ada 2 pilihan?
Seperti baik dan buruk, tinggi dan pendek
Saya terlalu banyak berpikir
Hingga sinarnya mulai memaksa masuk lewat jendela kamar
Kamar yang gelap menjadi sedikit terang
Aku masih berpikir sambil menatapi sinar itu
Tiap pagi
Aku terbangun
Mengambil selimut lalu tidur lagi
Dijumpai hangatnya pagi
Aku bangun
Melempar selimut lalu diam
Berpikir dengan mata masih tertutup
Entah apa yang dipikirkan
Kepala tertunduk
Bingung mau melakukan apa
Apa yang harus dilakukan?
Melanjutkan tidur atau melanjutkan bangun
Jika tidur, aku akan bermimpi indah
Jika bangun, aku akan menjalani hidup yang berat
Bermimpi indah pilihan yang bagus
Bangun dan menjalani hidup pilihan yang sulit
Mengapa selalu ada 2 pilihan?
Seperti baik dan buruk, tinggi dan pendek
Saya terlalu banyak berpikir
Hingga sinarnya mulai memaksa masuk lewat jendela kamar
Kamar yang gelap menjadi sedikit terang
Aku masih berpikir sambil menatapi sinar itu
Tiap pagi
Senin, 30 September 2013
Tukang Mimpi
Saya pernah bermimpi kalau saya akan menjadi tentara dengan pangkat jendral
Saya juga pernah bermimpi saya menjadi pengusaha restoran
Saya bermimpi lagi kalau saya akan menjadi pemain badminton profesional
Saya terus bermimpi kalau suatu saat saya akan punya rumah besar seluas 1 hektar
Saya suka sekali bermimpi
Bermimpi apa yang akan terjadi nanti
Di setiap malam saya selalu bermimpi
Bermimpi itu gratis
Tidak perlu bayar kepada siapapun
Tidak perlu meminta
Tidak perlu memberi
Lupakan masa kini
Lupakan masa lalu
Bermimpi untuk masa depan
Menikmati mimpi
Setiap hari bermimpi
Tidak perlu aksi maupun teori
Hanya bermimpi
Kini ataupun nanti
Tetap bermimpi
Besok atau lusa
Bermimpi saja
Tukang mimpi
Namanya juga tukang
Akan terus jadi tukang
Mimpinya akan terus ditukangi
Mimpi...
Saya juga pernah bermimpi saya menjadi pengusaha restoran
Saya bermimpi lagi kalau saya akan menjadi pemain badminton profesional
Saya terus bermimpi kalau suatu saat saya akan punya rumah besar seluas 1 hektar
Saya suka sekali bermimpi
Bermimpi apa yang akan terjadi nanti
Di setiap malam saya selalu bermimpi
Bermimpi itu gratis
Tidak perlu bayar kepada siapapun
Tidak perlu meminta
Tidak perlu memberi
Lupakan masa kini
Lupakan masa lalu
Bermimpi untuk masa depan
Menikmati mimpi
Setiap hari bermimpi
Tidak perlu aksi maupun teori
Hanya bermimpi
Kini ataupun nanti
Tetap bermimpi
Besok atau lusa
Bermimpi saja
Tukang mimpi
Namanya juga tukang
Akan terus jadi tukang
Mimpinya akan terus ditukangi
Mimpi...
Rabu, 25 September 2013
Saling Menunggu
aku menunggu di barat
kamu menunggu di timur
aku menunggu di selatan
kamu menunggu di utara
aku menunggu di pagi hari
kamu menunggu di dini hari
aku tertidur
kamu pun terlelap
mengapa aku tidak bicara?
mengapa kamu tidak berucap?
bukankah aku yang menunggumu?
bukankah kamu yang ditunggu?
mengapa kamu tidak beranjak
menapaki jalan setapak
haruskah aku yang berjalan
menyelami jalan menuju kesana
aku hanya diam menunggu
menunggu sebuah kata yang terucap
tapi kamu pun seperti itu
saling menunggu
kamu menunggu di timur
aku menunggu di selatan
kamu menunggu di utara
aku menunggu di pagi hari
kamu menunggu di dini hari
aku tertidur
kamu pun terlelap
mengapa aku tidak bicara?
mengapa kamu tidak berucap?
bukankah aku yang menunggumu?
bukankah kamu yang ditunggu?
mengapa kamu tidak beranjak
menapaki jalan setapak
haruskah aku yang berjalan
menyelami jalan menuju kesana
aku hanya diam menunggu
menunggu sebuah kata yang terucap
tapi kamu pun seperti itu
saling menunggu
Senin, 23 September 2013
bulan, pohon, matahari
bulan sudah bosan
matahari, terlalu panas
mengapa tidak pohon?
hijau, teduh dan menyejukkan
mereka kadang diabaikan
bulan memang indah tapi hanya sebatas indah
matahari menyinari bumi
menghangatkan dinginnya pagi
pohon yang hijau
melindungi sinar matahari yang panasnya sudah berbahaya
di bawah pohon melihat bulan
sambil mengumpat takut ketahuan
malu dengan bulan
segan dengan matahari
pohon menjadi saksi
hanya mengumpat tak berani berucap
bulan memang indah
matahari benar - benar menghangatkan
pohon meneduhkan
dibawah pohon yang teduh disirami cahaya matahari
hangat dan sejuk menyatu
dibawah pohon mengintip bulan
cahayanya tidak menghangatkan tapi merindukan
kini aku mengerti
matahari, terlalu panas
mengapa tidak pohon?
hijau, teduh dan menyejukkan
mereka kadang diabaikan
bulan memang indah tapi hanya sebatas indah
matahari menyinari bumi
menghangatkan dinginnya pagi
pohon yang hijau
melindungi sinar matahari yang panasnya sudah berbahaya
di bawah pohon melihat bulan
sambil mengumpat takut ketahuan
malu dengan bulan
segan dengan matahari
pohon menjadi saksi
hanya mengumpat tak berani berucap
bulan memang indah
matahari benar - benar menghangatkan
pohon meneduhkan
dibawah pohon yang teduh disirami cahaya matahari
hangat dan sejuk menyatu
dibawah pohon mengintip bulan
cahayanya tidak menghangatkan tapi merindukan
kini aku mengerti
Senin, 16 September 2013
Memberi
rasa lelah kaki ini selalu terbayar dengan tangan ini
keringat yang menetesi jalan sudah hafal rasanya
semakin hari semakin manis
ini bukan kencing manis tapi keringat
mereka berebut menunggu ku lewat
menunggu keringat yang jatuh melewati dahi lalu ke pelipis dan jatuh ke pipi dengan cepat lalu menuju ujung dagu
keringat itu menggantung sebentar di ujung dagu lalu jatuh akibat sedikit goyangan kepala
rasa lelah dan umur tidak bisa kompromi
seandainya umur terus berjalan tapi tubuh tidak menua
seandainya menua bisa menjadi memuda
biarkan umur ini menua tapi organ tetap muda
walaupun lelah mengayuh akan terus kukayuh sampai tubuh merengek untuk berhenti
bukan hanya untuk diri ini tapi untuk kamu, dia, mereka dan kalian
hanya seadanya tidak bisa semuanya
hanya beberapa tidak bisa semuanya
tidak perlu diberi cukup memberi
malu menjadi miskin
sombong menjadi kaya
sedih menjadi miskin
bahagia menjadi kaya
merasa tak berguna
hidup apa adanya
merasa berguna
hidup berusaha
merasa diguna-guna
hidup dengan dukun
mati miskin atau mati kaya?
mati berguna atau mati sia-sia?
miskin hati atau kaya hati?
miskin guna atau kaya guna?
memilih atau dipilih?
memberi atau diberi?
inspired by : a picture of Bai Fang Li
Minggu, 07 Juli 2013
Jumat, 07 Juni 2013
Keharmonisan
Tergabungnya suatu alunan suara dari gitar, bass, drum, pianika, cello yang membawa kita kembali ke jaman 60 - 70 an. Tanpa tersadar mata ini terepejam mendengarkan lagu yang begitu indah dan sangat jadoel sekali. Keharmonisan antara suara musik ditambah merdunya suara sang penyanyi membuat tubuh ini mengalun dan ingin seperti dedaunan yang jatuh dari pohon tinggi, bergoyang ke kanan ke kiri, ke atas lalu ke bawah dan pelan - pelan jatuh ke bawah. Aku telah terbuai.
Bukankah alat - alat tersebut punya fungsi yang berbeda dan suara yang berbeda pula? Tapi kenapa bisa seperti itu? Aku tidak mengerti apa yang mereka lakukan dengan alat - alat itu. Mungkinkah gitar, bass, drum, pianika dan cello berkenalan dulu satu sama lain. Aku yakin mereka butuh waktu yang cukup lama untuk kenal satu sama lain karena mereka jelas berbeda. Mungkin juga mereka sempat bertengkar karena merasa tidak cocok atau tidak sama bentuknya karena salah satu diantara mereka merasa paling hebat dan ingin dihormati. Sepertinya ada juga yang merasa dia paling mahal dan paling antik. Ada juga yang merasa minder karena dia hanya digunakan sebentar. Biasanya hanya anak - anak SD saja yang menggunakannya tapi dia digunakan lagi oleh orang yang lebih dewasa. Dia minder.
Entah apa yang menyatukan mereka. Mereka bisa bersatu walaupun berbeda. Mereka bisa harmonis bahkan bisa saling mengisi satu sama lain. Mengisi kekosongan suara yang terdengar kurang indah menjadi lebih indah. Pasti ada dalang dibalik semua ini. Kalau saja diantara mereka ada yang egois pasti mereka tidak akan bisa seperti itu. Mengalunkan lagu dengan indah dan saling menyemangati satu sama lain. Mendeskripsikan sebuah keharmonisan, kata - kata ini sampai tidak bisa tertuang. Magnificent.
Untuk menikmatinya saja, mata dan telinga saja tidak cukup tapi juga dengan hati. Bukan liver tapi hati. Bisa juga disebut dengan qalbu. Dengan hati keharmonisan menjadi lebih indah. Bukan untuk didengar saja tapi juga dirasa. Bisa merasakan satu sama lain itu hebat. Mungkin mereka sudah sampai tahap itu.
Aku iri dengan mereka. Mereka yang berbeda tapi bisa harmonis bersatu mengalun sebuah lagu dengan merdu dan bisa membuat sendu dikala hati rindu ataupun ketika ingin mengadu dikala awan tidak lagi mampu menampung air yang menjadikannya hujan. Aku selalu berharap kami bisa seperti mereka. Kami tidak berbeda tapi kami sama, hanya bentuk dan bagaimana kami saja yang membuat kita berbeda. Pada hakikatnya kami itu sama. Suatu saat kami pun bisa harmonis seperti mereka. Dengan menghilangkan perbedaan kita pasti bisa sama.
Bukankah alat - alat tersebut punya fungsi yang berbeda dan suara yang berbeda pula? Tapi kenapa bisa seperti itu? Aku tidak mengerti apa yang mereka lakukan dengan alat - alat itu. Mungkinkah gitar, bass, drum, pianika dan cello berkenalan dulu satu sama lain. Aku yakin mereka butuh waktu yang cukup lama untuk kenal satu sama lain karena mereka jelas berbeda. Mungkin juga mereka sempat bertengkar karena merasa tidak cocok atau tidak sama bentuknya karena salah satu diantara mereka merasa paling hebat dan ingin dihormati. Sepertinya ada juga yang merasa dia paling mahal dan paling antik. Ada juga yang merasa minder karena dia hanya digunakan sebentar. Biasanya hanya anak - anak SD saja yang menggunakannya tapi dia digunakan lagi oleh orang yang lebih dewasa. Dia minder.
Entah apa yang menyatukan mereka. Mereka bisa bersatu walaupun berbeda. Mereka bisa harmonis bahkan bisa saling mengisi satu sama lain. Mengisi kekosongan suara yang terdengar kurang indah menjadi lebih indah. Pasti ada dalang dibalik semua ini. Kalau saja diantara mereka ada yang egois pasti mereka tidak akan bisa seperti itu. Mengalunkan lagu dengan indah dan saling menyemangati satu sama lain. Mendeskripsikan sebuah keharmonisan, kata - kata ini sampai tidak bisa tertuang. Magnificent.
Untuk menikmatinya saja, mata dan telinga saja tidak cukup tapi juga dengan hati. Bukan liver tapi hati. Bisa juga disebut dengan qalbu. Dengan hati keharmonisan menjadi lebih indah. Bukan untuk didengar saja tapi juga dirasa. Bisa merasakan satu sama lain itu hebat. Mungkin mereka sudah sampai tahap itu.
Aku iri dengan mereka. Mereka yang berbeda tapi bisa harmonis bersatu mengalun sebuah lagu dengan merdu dan bisa membuat sendu dikala hati rindu ataupun ketika ingin mengadu dikala awan tidak lagi mampu menampung air yang menjadikannya hujan. Aku selalu berharap kami bisa seperti mereka. Kami tidak berbeda tapi kami sama, hanya bentuk dan bagaimana kami saja yang membuat kita berbeda. Pada hakikatnya kami itu sama. Suatu saat kami pun bisa harmonis seperti mereka. Dengan menghilangkan perbedaan kita pasti bisa sama.
Minggu, 02 Juni 2013
Gravitasi Kasur
Entah badan ini yang malas bergerak atau memang kasur mempunyai gravitasi tersendiri. Daya tariknya terasa lebih besar daripada bumi. Padahal kasur ini berada di bumi tapi entah kenapa kasur ini terasa menarik badan ini. Rasanya lebih enak berada diatas kasur dibanding diatas tanah ataupun lantai. Badan ini terasa dimanjakan oleh lembutnya seprai yang terbuat dari bahan yang full katun ditambah bantal empuk dan guling panjang yang tidak pernah mengeluh ataupun merasa sesak ketika dipeluk dengan erat. Mata ini selalu terpejam selama 12 jam dalam sehari dan saya yakin tidak ada orang dewasa yang bisa merasakan tidur selama itu. Walau perlahan badan ini terkadang kaku saya suka melakukan pemanasan di kasur sambil duduk sila.
Dikasur ini saya bisa melihat dunia tanpa harus melihat keluar. Dengan layar 16 inci saya bisa tahu permasalahan negara ini bahkan dunia. Permasalahan orang - orang bisa terlihat tanpa harus menanyakannya. Orang - orang seperti itu kebanyakan karena kurang kasih sayang atau memang butuh perhatian untuk diberi kasih sayang. Atau memang sengaja membuat masalah agar bisa menjadi orang yang dikenal bermasalah. Cukup dengan 10 jari, 2 mata dan 1 otak yang utuh untuk melihat dunia tanpa harus keluar dengan 2 kaki. Saya pun sudah tidak bisa merasakan kaki ini walaupun masih terlihat utuh.
Gravitasi kasur ini sangat kuat. Sampai kini dia tidak pernah bisa membuat saya untuk menginjaki gravitasi bumi. Sempat saya merasa penasaran untuk mengecek apakah ada lem di kasur ini. Sayangnya lem berbentuk cairan padat, jika memang ada lem saya pasti bisa merasakannya. Badan ini terasa kaku. Untuk sementara saya pindah kasur dari seprai biru garis - garis dengan gradasi warna yang sangat indah dan saling mengisi satu sama lain. Berada diatas kasur ini saya selalu bisa berimajinasi. Berada di langit dengan awan - awan putih bersih atau berada di laut atau samudera yang paling dalam dan juga di pesisir pantai yang dangkal dengan pasir putih yang lembut.
Kini saya meninggalkan kasur lama dan berpindah dengan kasur baru berwarna putih bersih tanpa noda sedikit pun. Entahlah. Kasur ini ternyata lebih lembut dan punya bantal yang lebih empuk walaupun tidak ada guling yang bisa dipeluk. Sepertinya saya mulai menyukai kasur ini karena saya tidak perlu menggunakan 10 jari, 2 mata dan 1 otak utuh untuk melihat masalah orang - orang diluar sana. Ah, indahnya dunia.
Dikasur ini saya bisa melihat dunia tanpa harus melihat keluar. Dengan layar 16 inci saya bisa tahu permasalahan negara ini bahkan dunia. Permasalahan orang - orang bisa terlihat tanpa harus menanyakannya. Orang - orang seperti itu kebanyakan karena kurang kasih sayang atau memang butuh perhatian untuk diberi kasih sayang. Atau memang sengaja membuat masalah agar bisa menjadi orang yang dikenal bermasalah. Cukup dengan 10 jari, 2 mata dan 1 otak yang utuh untuk melihat dunia tanpa harus keluar dengan 2 kaki. Saya pun sudah tidak bisa merasakan kaki ini walaupun masih terlihat utuh.
Gravitasi kasur ini sangat kuat. Sampai kini dia tidak pernah bisa membuat saya untuk menginjaki gravitasi bumi. Sempat saya merasa penasaran untuk mengecek apakah ada lem di kasur ini. Sayangnya lem berbentuk cairan padat, jika memang ada lem saya pasti bisa merasakannya. Badan ini terasa kaku. Untuk sementara saya pindah kasur dari seprai biru garis - garis dengan gradasi warna yang sangat indah dan saling mengisi satu sama lain. Berada diatas kasur ini saya selalu bisa berimajinasi. Berada di langit dengan awan - awan putih bersih atau berada di laut atau samudera yang paling dalam dan juga di pesisir pantai yang dangkal dengan pasir putih yang lembut.
Kini saya meninggalkan kasur lama dan berpindah dengan kasur baru berwarna putih bersih tanpa noda sedikit pun. Entahlah. Kasur ini ternyata lebih lembut dan punya bantal yang lebih empuk walaupun tidak ada guling yang bisa dipeluk. Sepertinya saya mulai menyukai kasur ini karena saya tidak perlu menggunakan 10 jari, 2 mata dan 1 otak utuh untuk melihat masalah orang - orang diluar sana. Ah, indahnya dunia.
Minggu, 07 April 2013
Ikatan Mati
IKATAN
MATI
“GOAAAAAAALLLLLL”
Ya,
kedudukan sementara berubah menjadi 3-2 untuk keunggulan Elang FC atas Tikus
FC. Andrian melakukan gol yang sangat baik sekali. Melakukan umpan satu dua
dengan Rian lalu melewati lawan dengan tendangan tipuannya lalu dia melesakkan
tendangan yang sangat keras dan terarah kearah pojok kiri atas gawang kiper
Tikus FC. Waktu tinggal 1 menit lagi dan pertandingan masih terus berjalan.
Terlihat tim Elang FC berusaha bertahan dengan sepenuh tenaga untuk
mempertahankan keunggulan mereka dan tim Tikus FC sedang berusaha untuk
meruntuhkan pertahanan Elang FC yang sangat disiplin sekali menjaga pertahanan
mereka.
“Priiiiiit, priiiiit,
priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittt!!!!”
Wasit
telah meniupkan peluit panjangnya dan itu menandakan pertandingan telah
selesai. Tim Elang dan tim Tikus masih terlihat kaget mendengar peluit dari
wasit tersebut karena kedua tim terlalu fokus pada pertandingan dan tiba – tiba
saja terdengar teriakan keras.
“YIIIIIIIHAAAAAAAAAAAAA”
Itu
adalah teriakan kemenangan yang diteriakan oleh Andrian. Matanya yang menyala
dengan satu tangan dikepalkan diatas kepala dia merayakan kemenangannya
tersebut. Tampak bahagia sekali wajah yang dipancarkan olehnya atas
kemenangannya tersebut. Ini merupakan hal yang dia tunggu sangat lama untuk
memenangkan kompetisi futsal ini dan akhirnya di tahun terakhirnya dia bisa
membawa timnya menuju babak final kejuaraan futsal antar mahasiswa. Mimpinya
akhirnya terwujud dengan usahanya bersama dengan tim yang sangat keras karena
mereka selalu latihan dengan semangat untuk mencapai target ini dan besok
adalah pertandingan final.
Tiba
– tiba Andrian keluar lapangan meninggalkan teman – temannya yang masih
merayakan kemenangan karena bisa maju ke babak terakhir yaitu babak final.
Ternyata dia menghampiri seorang wanita yang menonton dari pinggir lapangan.
Rambutnya yang berwarna hitam dan panjangnya sebahu, matanya yang sedikit kecokelatan
dan terlihat pendiam. Ditangannya dia memegang sebuah handuk kecil, lalu ketika
Andrian datang dia menyunggingkan senyumnya kepada Andrian. Wanita itu terlihat
manis sekali ketika senyumnya merekah.
“Hey Lana,
akhirnya aku masuk final”
Andrian menghampiri Lana dengan tubuh berkeringatnya
dan dengan nafas terengah – engah.
Tanpa
banyak berbicara Lana yang sejak tadi menonton dari pinggir lapangan hanya bisa
menyaksikan Andrian bermain dengan seriusnya. Jika Andrian sudah memasuki
lapangan dia akan focus dalam pertandingan tersebut. Handuk kecil yang berada
ditangan Lana, dia mencoba untuk mengelap keringat yang bercucuran di wajah
Andrian dengan derasnya.
Sambil
mengelapi keringat Andrian “Iya An, kamu bermain sangat bagus hari ini, aku
sangat terkesan dengan gol teakhirmu, besok kamu harus bisa memenangkan
pertandingan final itu ya!”
Dengan
nada yang lembut Lana menyemangati Andrian. Mereka terlihat seperti sudah
ditakdirkan untuk bersama. Terlihat dari sorot kedua mata mereka yang terpancar
aura dan tanpa perlu banyak kata yang terucap, mereka seperti sedang
bertelepati jarak dekat menggunakan mata mereka. Mungkin, pasangan yang ada
disana akan iri melihat mereka.
“Lan, kita harus merayakannya, mungkin nanti kita
akan makan malam bersama?”
“Harus ya seperti itu? Apakah sebaiknya kamu
istirahat dan simpan tenaga mu untuk pertandingan final besok?”
“Tenang saja, aku masih mempunyai sisa tenaga untuk
makan malam bersamamu dan mungkin makan malam bersamamu akan menjadi tenaga
tambahan untukku.”
“Ya kalau memang kamu tidak capek, baiklah kalau
begitu.”
Lana
menambahkan senyuman manisnya kepada Andrian. Andrian pun membalasnya walaupun
senyumnya tidak bisa semanis Lana tapi mereka terlihat bahagia. Andrian
meninggalkan Lana dan kembali merayakan kemenangan bersama timnya.
***
Malam
yang sendu diterangi cahaya bulan yang tidak seterang cahaya matahari. Bulan
dan bintang terlihat berjauhan. Malam ini mereka sedang bermusuhan. Bintang
terlalu perfeksionis karena ia tidak terima cahayanya masih kurang terang
dibanding dengan cahaya bulan. Padahal bintang itu sangat banyak sedangkan
bulan hanya satu. Suatu hari bintang berharap bisa bersatu dengan bintang –
bintang lainnya untuk membuat cahaya yang lebih terang dibanding bulan dan
menjadi bintang yang sangat besar. Berbeda dengan pasangan yang berada di bawah
atap sebuah tempat makan yang tidak terlalu mewah tapi cukup romantis bagi
sepasang kekasih yang sedang merayakan sesuatu.
Dibawah
gelapnya malam dan disinari cahaya bulan dan bintang mereka terlihat bahagia
sekali. Membuat bulan dan bintang menjadi iri melihat mereka. Mereka berbaikan
kembali dan menjadi dekat. Bintang mengalah dan dia mencoba berbicara kepada
bulan bahwa tidak perlu untuk bersatu dengan bintang lainnya untuk menerangi
bumi ini tapi bersama bulan dengan berdampingan saja bumi akan terlihat terang
dan bumi akan iri melihat mereka berdua selalu bersama walaupun nantinya
bintang tidak bisa hidup selamanya dan suatu saat bintang pasti akan redup. Biarkan
setiap malam bulan berganti – ganti dengan bintang lainnya untuk terus bersama
– sama menerangi bumi ini.
Canda
dan tawa terlihat dari wajah Andrian dan Lana. Mereka berbincang sangat banyak.
Lana yang pendiam ternyata bisa terlihat riang dan bisa tertawa dengan lepas
ketika bersama Andrian. Hari ini Andrian merubah Lana menjadi wanita yang lebih
riang dengan tawanya yang lepas. Entah apa yang Andrian perbuat terhadap Lana
sehingga dia bisa bebas dan lepas ketika bersama Andrian. Lana terlihat nyaman
bersama Andrian begitu juga Andrian terhadap Lana. Dunia akan bersedih jika
kedua pasangan ini dipisahkan. Bulan dan bintang saja bisa iri.
Mereka
selesai makan malam. Andrian merasa bertanggung jawab untuk memulangkan Lana
kembali ke kosan. Ya mereka berdua adalah mahasiswa perantau tingkat akhir dan
itulah mengapa Andrian ingin merayakannya karena menjuarai kompetisi futsal
antar mahasiswa inilah target yang ingin dia capai ketika memasuki klub futsal
pada tingkat pertama. Mungkin tahun depan Andrian sudah tidak bisa mengikuti
kejuaraan ini lagi dan mungkin saja dia sudah lulus menjadi seorang sarjana.
“An, terima kasih yaa sudah mengantarkanku pulang
dan sudah makan malam bersama.”
Lana menyunggingkan senyumnya yang manis kepada
Andrian.
“Iya Lan sama – sama, malahan aku yang harus
berterima kasih kepadamu karena sudah mau menjadi tenaga tambahanku.”
“Setelah ini kamu langsung pulang yaa karena besok
adalah hari yang kamu tunggu – tunggu dan kalau bisa sebelum tidur kamu minum
susu dulu supaya tidurnya bisa nyenyak dan jangan begadang. Terus, jangan lupa
besok sebelum pertandingan sarapan ringan. Kamu kan kebiasaan jarang sarapan. Pokoknya
besok kamu harus fit dan sehat untuk pertandingan besok!”
Andrian mengerenyitkan dahinya.
“Iya Lana baweeeel, kamu udah kayak sales aja
ngomongnya panjang banget ga pake titik koma. Aku langsung pulang kok.”
“Yaudah kamu hati – hati dijalan yaa, dadaaaaaaah
An!”
“Iyaaa, daadaaah Lan.”
Sambil
melambaikan tangannya Andrian pergi pulang meninggalkan Lana. Andrian kembali
ke kontrakannya yang cukup jauh dari kosan Lana. Di kontrakan dia tinggal
bersama teman – teman tim futsalnya. Dia sangat beruntung sekali bisa
mendapatkan kontrakan untuk teman – teman futsalnya. Itu membuat mereka menjadi
lebih kompak walaupun tempatnya agak jauh dari daerah kampus.
Andrian menancapkan gasnya dengan sangat kencang
menuju kontrakan.
***
Suara
sorak sorai ramai terdengar dari kejauhan. Pertandingan final antara Elang FC
melawan Semut FC akan segera dimulai. Suara komentator membuat suasana menjadi
ramai dan riuh. Penonton pada pertandingan final ini lebih ramai dibanding
pertandingan semi final sebelumnya. Pertandingan ini juga mempertemukan kedua
tim yang sebelumnya 1 grup dan kini di final kedua tim ini dipertemukan
kembali. Sebelumnya tim Elang FC dikalahkan oleh tim Semut FC dengan skor 1-0.
“Apakah Elang FC bisa membalaskan dendam mereka
terhadap Semut FC ataukah Elang FC akan dikalahkan kembali oleh Semut FC?”
suara komentator dengan semangat memberikan tantangan kedua tim untuk bermain
maksimal dan memperlihatkan permainan yang lebih baik, karena ini adalah
pertandingan Final.
Lana
seperti biasa berdiri dan menonton di pinggir lapangan futsal. Dia tidak pernah
mendekati tim karena takut mengganggu konsentrasi mereka. Lana seperti orang
kebingungan. Kepalanya celingukan seperti sedang mencari seseorang. Wajahnya
terlihat gelisah karena dia tidak melihat Andrian sama sekali di Elang FC.
Wajah Lana terlihat panik. Dia mencoba menghubungi nomor handphone milik
Andrian.
“Tuuuuuut, tuuuuut, tuuuuut, tuuuuuut, tuuuuuuut,
halooo?”
Terdengar suara laki – laki dengan nada yang berat.
“Ha-ha-halooo, Andrian?” Suara Lana menjadi sedikit
terbata – bata.
“Mohon maaf Lana ini bukan Andrian, saya Bowo
seorang warga yang kebetulan ada di lokasi kejadian, dik Andri sedang ada di
ruang gawat darurat dan sampai sekarang belum keluar dari kemarin malam dan
sepertinya belum menyadarkan diri. “
Wajah Lana mulai berkaca – kaca dan mulai panik.
“Kalau begitu saya akan langsung menuju ke rumah sakit pak, tolong tunggu saya.
Saya pacarnya Andrian!”
Lana
sudah tidak memperdulikan pertandingan final tersebut, dia langsung bergegas
menuju ke Rumah Sakit untuk melihat keadaan Andrian. Selama perjalanan dia
hanya bisa berdoa dan terlihat sekali dari matanya yang berair dan menunjukkan
keraguan. Penyesalan selalu datang diakhir. Seandainya saja dia tolak ajakan
Andrian untuk pergi makan malam bersama mungkin tidak akan seperti ini. Seandainya
saja.
Lana
bertemu dengan Pak Bowo. Pak Bowo mencoba menceritakan kronologi bagaimana
kejadian ini bisa terjadi. Saya melihat truk motor yang berjalan dengan sangat
kencang sekali lalu karena didepannya ada truk dia mencoba menyalipnya.
Sayangnya motor tersebut menyalip lewat kiri jalan dan di kiri jalan itu sudah
sempit sekali sehingga tidak memungkinkan untuk menyalip. Motor itu terserempet
oleh badan truk lalu pengendara motor itu terjatuh ke kiri dengan motornya.
Kaki kirinya terjepit ketika jatuh dan saya mencoba untuk mengangkat motornya
agar kakinya bisa bergerak. Sayangnya, yang saya lihat ternyata keluar sesuatu
berwarna putih dari betisnya. Saya ngeri melihatnya, mungkin itu tulangnya yang
patah. Pengendara ini tidak sadar dan langsung saja saya dengan warga setempat
yang melihat kejadian tersebut membawanya ke Rumah Sakit terdekat.
Wajah
Lana terlihat ketakutan dan ngeri mendengar cerita bapak tersebut. Ditambah
perasaan haru atas keadaan Andrian sekarang. Perasaan Lana campur aduk. Dia
tidak tahu harus berbuat apa dan untungnya Pak Bowo telah menghubungi orang tua
Andrian dan orang tua Andrian sedang melakukan perjalanan menuju ke Rumah
Sakit. Lana hanya bisa berdoa dan berharap bahwa Andrian baik – baik saja.
Lama menunggu akhirnya Lana bisa menemui Andrian
yang sudah sadar dan sudah berada di ruangan.
“Lan, pertandingan finalnya bagaimana? Siapa yang
menang?” dengan nada suara yang masih berat Andrian mencoba menanyakan
pertandingan kepada Lana
Lana
hanya bisa menangis dan mencoba menyunggingkan senyumnya yang manis tapi
sedikit dipaksakan, tidak seperti senyum biasanya. Dia tidak menjawab
pertanyaan Andrian. Dia hanya bisa memegang tangan Andrian dan berharap dia
baik – baik saja. Lana tidak bisa berkata – kata. Ketika melihat kaki Andrian
Lana seperti melihat hantu. Dia langsung memalingkan matanya ketika sekilas ia
melihat kaki Andrian. Kaki Andrian terlihat sangat parah patahnya. Lana hampir
mau muntah dan tidak kuat ketika melihat dan membayangkan kejadiannya.
Lana keluar ruangan dan menemui dokter yang mengurus
Andrian.
“Dok, kira – kira
dengan patah seperti itu apakah Andrian bisa sembuh dan bermain futsal
kembali?”
“Dengan patah seperti
itu dan tulang yang keluar dari kakinya sepertinya agak sulit untuk Andrian
bisa bermain futsal kembali. Sepertinya dia tidak bisa bermain futsal lagi
karena kaki kirinya sudah tidak berfungsi dengan baik lagi. Mungkin Andrian
perlu bantuan tongkat untuk berjalan selamanya.”
Lagi
– lagi air mata menetes di pipi Lana dengan derasnya. Dia tidak tega untuk
memberitahu Andrian apalagi futsal adalah olahraga kesukaannya. Andrian menjadi
cacat. Dia tidak bisa bermain futsal lagi dan sebentar lagi dia juga akan
lulus. Lana tidak sanggup untuk menemui Andrian karena tidak tega. Dia mencoba
untuk tidak datang ke Rumah Sakit dan menunggu Andrian pulang dari Rumah Sakit.
***
Seminggu
setelah kejadian tersebut Lana tidak pernah ke Rumah Sakit karena dia tidak
tega melihat kondisi Andrian yang tersiksa seperti itu apalagi dia harus tahu
bahwa Andrian tidak bisa bermain futsal lagi dan dia akan cacat. Akhirnya, Lana
mendapat kabar bahwa Andrian sudah kembali dari Rumah Sakit dan berada di
kontrakan. Tanpa pikir panjang Lana langsung menuju kesana untuk menemuinya dan
melihat keadaannya.
“Andrian?” mata Lana
mulai sendu ketika melihat Andrian sedang berada di kamar dan melihat kaki
kirinya yang sepertinya terlihat diamputasi karena organ – organ yang ada sudah
rusak dan tulangnya patah terlalu parah sehingga jika dipertahankan bakteri yang
ada di kakinya akan merambat ke organ lainnya. Tidak ada jalan lain, Andrian
harus diamputasi.
Entah
kenapa wajah dan tatapan mata Andrian berubah ketika melihat Lana. Tatapan yang
bukan seperti biasanya. Bukan tatapan ketika mereka makan malam bersama di
bawah bulan dan bintang yang sedang bertengkar.
“Ngapain kamu kesini?” Andrian bertanya dengan
sedikit ketus dan dengan nada yang tinggi.
“Aku ingin ketemu kamu,
aku ingin jenguk kamu. Maafin aku An, kalau selama ini aku tidak bisa
menemanimu selama kamu di Rumah Sakit. Aku tidak kuat dan tidak bisa melihat
keadaanmu seperti itu. Aku tidak bisa melihatmu menderita. Melihatmu seperti
itu bagaikan jantung aku ditusuk oleh pisau. Sakit An. Apalagi ketika dokter memberitahu kepada ku
bahwa kamu tidak bisa bermain futsal lagi. Itu membuatku tambah sakit. Aku
tidak bisa melihatmu bermain futsal dari pinggir lapangan dan mengelapi
keringatmu yang bercucuran dari tubuhmu. Aku tidak bisa mencium bau keringat
yang asam dari tubuhmu walaupun itu bau sekali.”
Sambil
menangis tersedu – sedu Lana berbicara panjang lebar dan meminta maaf kepada
Andrian kalau dia tidak bisa berada disampingnya ketika Andrian sedang susah.
Andrian hanya bisa terdiam melihatnya menangis.
“Lan, kamu ingat pembicaraan terakhir kita sewaktu
makan malam?” dengan nada yang lebih lembut Andrian bertanya kepada Lana
“Iya aku inget kok.”
“Kamu inget kan kalo
kita selalu bersama walaupun lagi susah ataupun lagi senang. Inget kan kalo
kita bakalan lulus bareng tahun depan. Kamu juga inget kan kalo kita memang
jodoh kita akan terus bersama. Kamu inget kan kalo someday aku akan menjadi
suami kamu. Kamu inget kan kalo aku akan punya pekerjaan dan bisa menghidupi
kamu dan menjadi suami yang baik. Kamu inget kan kalo aku tuh beruntung punya
kamu. Kamu inget kan kalo semua itu rencana kita setelah lulus nanti. Aku sudah
terikat oleh ikatanmu. Sepertinya itu ikatan mati dan yang mengikat itu kamu
bukan aku. Aku tidak bisa melepaskannya karena kamu yang mengikatnya. Mungkin
sepatu yang kamu ikat telah rusak atau mungkin harus kamu buang dan kamu ganti
dengan yang baru. Hanya kamu yang bisa memutuskan tapi buat aku biarkan ikatan
itu terikat mati dan kamu hanya melepaskan sepatu itu dengan paksa dan
membiarkan kamu mencari ikatan lain dan mungkin akan menemukan sepatu yang
lebih baik.”
Tangisan
Lana semakin jadi. Air mata yang jatuh semakin deras. Dia tidak menyangka
Andrian berbicara seperti itu kepadanya. Lana terpukul sekali mendengar kata –
kata yang diucapkan Andrian.
“Lan, jika kamu terus
bersamaku dan melanjutkan janji kita sewaktu kita makan malam itu akan
menyiksamu. Lan, sebaiknya kamu mencari yang lebih baik lagi yang lebih
sempurna tubuhnya dan bisa menjadi suami untuk dirimu kelak. Karena kondisiku
sekarang tidak memungkinkan menjadi suami yang baik apalagi pekerjaan yang bisa
menghidupi kehidupan kita berdua nantinya. Lan, aku harap kita tidak usah
bertemu lagi agar kita terbiasa untuk menjadi orang biasa kembali ketika
bertemu. Maafkan aku Lan tidak bisa menjadi yang terbaik buat kamu. Maafkan
aku.”
Air mata Andrian
menetes begitu saja ketika dia selesai berbicara. Dia hanya membiarkannya
terjatuh di pipi lalu membasahi kaos yang dia pakai.
“Bolehkah aku melakukan
satu hal terakhir sebelum aku pergi meninggalkanmu?” pinta Lana denga lembut.
“Silahkan Lan.” Jawab Andrian
Lana
mengambil handuk kecil dari tasnya lalu dia mengusap air mata yang menetes dari
mata Andrian. Lalu seakan tubuh Andrian berkeringat dia mengusap handuk
keseluruh kepala Andrian seakan dia sedang mengusap keringat yang bercucuran di
wajah dan tubuh Andrian.
“Mungkin itu hal
terakhir yang ingin aku lakukan kepadamu, maafkan aku. Biarkan handuk ini
menjadi kenangan terkahirmu kepada diriku. Biarkan handuk ini menyimpan semua
cerita yang pernah kita lalui. Sampai bertemu lagi An, aku yakin ada masa
dimana kita akan dipertemukan kembali seperti adam dan hawa yang dipertemukan
ketika mereka dipisahkan di bumi walaupun nantinya ketika kita bertemu mungkin
kita sudah beda. An, selamat tinggal jaga diri kamu baik – baik. Aku sayang
kamu.”
Lana
berlalu meninggalkan Andrian sambil menangis. Andrian hanya bisa termangu dan
terdiam tidak bisa berucap sepatah kata pun. Entah perasaan apa yang dirasakan
olehnya. Rasanya aneh dan membuat mual. Seperti memasuki ruangan penuh dengan
sampah basah yang baunya sangat tengik dan tidak bisa keluar dari ruangan tersebut.
Bau tengik itu seperti memakan dirinya. Andrian tetap terdiam.
***
10 Tahun Kemudian
Ayoooo Andri semangat. Iya, gocek ke kiri, baguuus
Andri terus maju terus bawa bolanya dan shoooot!!!
“GOOOOOAAAAAAALLLLLLLLL!!!!”
“YIIIIIIIIIIHHHAAAAAAAAAAAAAAAAA”
“Bagus Andri, gol yang
sangat bagus. Teruskan permainan bagusmu jangan sampai menurun. Ayo lanjutkan,
pertandingan belum selesai terus berusaha sampai peluit berakhirnya
pertandingan dibunyikan.”
“Priiiiit, priiiiiiit, priiiiiiiiiiiiiiiiiiit!!!”
“YEAAAAAAAAHHHHHHHHHHH”
“Akhirnya kita bisa lolos ke final pak pelatih” kata
Andri
“Iya akhirnya yaa” wajah pelatih dengan senyum
merekahnya menghadap ke Andri
“Anak - anak, setelah
selesai merayakan kemenangan menuju final kalian segera pulang ke rumah dan
segera istirahat untuk pertandingan final besok dan jangan ada yang keluar atau
main malam – malam karena jika pelatih tahu kalian melakukan hal tersebut
kalian tidak akan pelatih mainkan di pertandingan final nanti, mengerti?”
“MENGERTIIII PAAAAK!!!” suara anak – anak tersebut
teriak dengan lantang dan serentak.
“Yasudah bersihkan kaki
palsu kalian dan jangan lupa untuk merawatnya karena besok akan kalian gunakan
lagi untuk pertandingan final besok.”
Anak
– anak tersebut menuruti instruksi pelatih dan dengan cepat mereka membersihkan
dan mencoba untuk merawatnya dengan baik. Mereka pun setelah selesai
membersihkannya langsung menuju ke rumah mereka masing – masing. Ada yang
dijemput oleh orang tuanya dan ada juga yang pulang sendiri.
“Andri, kamu tidak pulang?”
“Aku lagi menunggu dijemput mama pak.”
“Oh begitu, kalau begitu bapak temani kamu ya
menunggu mamamu, tidak apa – apa kan?”
“Iya tidak apa – apa pak.” Andri memberikan senyuman
khas anak – anak seusianya.
“Bapak juga sekalian bisa memberitahu mama kamu kalo
mama kamu punya anak hebat dan berbakat seperti kamu ndri.”
Andri hanya bisa tersenyum dan tersipu malu ketika
dipuji oleh pelatihnya. Wajahnya memerah malu.
“Mamaaaaaaa.”
“Hey Andri, maafin mama
yaaa telat jemput karena tadi ada urusan mendadak jadi mama telat untuk jemput
kamu. Gimana tadi pertandingannya? Menang gak?”
“Iya gapapa ma tenang
aja untung ada pak pelatih yang nemenin aku nunggu mama. Menang doooong tim
Andri masuk final besok. Pokoknya besok mama dan papa harus nonton Andri yaaa?”
pinta Andri dengan manjanya
“Iyaaa besok mama akan
usahakan datang sama papa.” Sambil memberikan senyuman yang manis kepada Andri.
“Selamat siang Bu
Andri, saya Andrian pelatihnya Andri. Dia pemain yang cukup baik di usianya dan
mungkin ketika sudah besar nanti Andri bisa menjadi pemain hebat.”
Mata mamanya Andri
seakan mengingatkannya sesuatu. Dia melihat pelatih Andrian dari atas kepala
hingga ujung kaki.
Dengan gugup dan sedikit ragu mama Andri menjabat
tangan pelatih Andrian. “Salam kenal pak Andrian saya Lana.”
Memori
yang lama tersimpan muncul kembali. Tangan yang berjabat seakan dibekukan oleh
waktu. Mereka seperti terpaku oleh sesuatu dan tidak bisa lepas. Pertemuan yang
aneh dan tak terduga ini setelah sekian tahun tidak bertemu membuat sepasang
kekasih yang dahulu memadu kasih ini dipertemukan kembali. Berpisah karena
keterbatasan fisik dan waktu yang tidak bisa diputar kembali. Tatapan kosong.
Entah kenapa Tuhan sangat kreatif sekali mempertemukan sepasang kekasih yang
dulunya mengikat janji bersama pada waktu yang tidak disangka – sangka.
Walaupun sudah tahu dia mempunyai suami tapi rasa yang dulu telah dipendam
dalam kini muncul kembali seakan ada harapan baru. Walaupun harapan itu tidak
harus bersama tapi Tuhan sepertinya tidak ingin kita terpisah terlalu lama dan
membiarkan kita berdewasa. Tuhan sudah menganggap kita sudah dewasa dan waktu
ini mungkin adalah waktu yang tepat untuk dipertemukan kembali. Walau aku yakin
kita tidak bisa bersama tapi bagaikan cahaya matahari yang memasuki gua yang
dalam dan tidak ada jalan keluar, rasanya hidup ini akan lebih baik lagi ketika
tahu dan melihatnya bahagia. Aku tidak salah membiarkannya pergi. Aku bahagia
melihatnya. Loves is always connected each other. Tuhan mempertemukanmu dengan
seseorang yang tepat walaupun dia tidak
harus menjadi pendamping hidupmu tapi dia bisa selalu ada didekatmu walaupun
tidak harus dekat denganmu tapi kamu bisa merasakan itu dekat. Bahagiamu
bahagiaku juga.
Senin, 01 April 2013
Bosan
RINDU
Bolehkah
aku rindu?
Mengucap
sepatah kata rindu kepadamu
Enggan
untuk mengucapkannya
Tak ingin
engkau tahu
Berat
dirasa
Hingga kau
pun harus tau
Hujan yg
tidak pernah membenci panas
Menutur
sebuah kata makna
Rindu
Ingin
rasanya memeluk bumi
Seperti apa
rindu itu
Rindu bukan
sekedar kata tapi juga rasa
Hanya
bertemu kata rasa rindu hilang
Tidak
pernah serindu ini
Mencari
harapan bersama malam
Bersama
jendela aku bercerita
Ada atau
tidak ada kamu
Rindu ini
tidak akan pergi
Rasa ini
akan terus merindu
Rindu selalu
datang dalam pagi
BERDOA
Dalam doa
aku memohon
Dalam doa
aku meminta
Dalam doa
aku berharap
Dalam doa
aku berkhayal
Hanya
padaMu aku berharap
Bukan pada
mulut ini
Bukan juga
pada makhluk lain
Mengharapkan
ketidakpastian
Seperti
menunggu laut mengering
PadaMu aku
berharap
Mulut ini
hanya bisa berdoa
Diri ini
hanya bisa menunggu
Waktu tidak
pernah berhenti
Seperti
halnya dengan diri ini
Berharap
dalam ketidakpastian
DI TENGAH
Di tengah
gemericik air yg jatuh dari langit
Di tengah
malam yg hening
Di tengah
lampu kamar yg masih bertahan untuk menyinari
Di tengah
bantal dan guling
Air hujan
di tengah malam mulai membasahi
Suara petir
yang menyisipi di tengah alunan hujan
Indahnya
berada di tengah alunan musik hujan
Sampai
kapan berada di tengah
Hujan malam
di tengah
Biarkan
musik ini mengalun sampai di tengah
Hingga
waktunya tiba di tengah
Aku akan
berdiri di tengah
BOSAN
Berbagi
rasa saling mencipta
Biarkan
lara berduka
Tak pernah
pergi untuk membenci
Berdiam
diri agar tidak jatuh
Terbang
melayang bersama awan
Menikmati
bau udara stratosfer
Kadang
ingin kadang tidak
Tak lagi
ragu untuk bertindak
Berpikir
pun tak sempat
Mulut sudah
bersua
Kehampaan
yg pernah ada mulai menghilang
Benih baru
yg segar meramaikan kehampaan itu
Semua
tertuju kepadanya
Waktu tak
pernah dusta
Begitu juga
dengan kata hati
Waktu tidak
pernah berbicara dia hanya mengingatkan
Waktu tidak
pernah menunggu
Aku bisa
menunggu sedangkan waktu tidak
Aku
menunggu
BERKEDIP
Kalau saja
mengucap aku cinta kamu semudah mengedipkan mata mungkin dengan aku berkedip
saja didepanmu kamu pasti sudah tahu kalau sudah terlalu banyak kata aku cinta
kamu terucap.
Langganan:
Postingan (Atom)